Desy Ratna Sari, Duta Badak Jawa bersama Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan dalam kesempatan diskusi mengenai konservasi badak. |
JAKARTA, BL- WWF Indonesia bersama dengan para
praktisi konservasi badak di Indonesia yang tergabung dalam Yayasan Badak
Indonesia (YABI) kemarin meluncurkan buku “Teknik Konservasi Badak
Indonesia” di Joglo, Kemang, Jakarta Selatan.
Acara peluncuran yang dilangsungkan sebelum waktu
berbuka puasa ini dihadiri juga oleh Kementerian Kehutanan Republik Indonesia,
Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Yayasan Badak Indonesia, kalangan
universitas, organisasi lingkungan hidup lainnya, sektor bisnis, dan
publik figur.
Buku berjudul “Teknik Konservasi Badak Indonesia”
ditulis oleh 20 praktisi konservasi badak di Indonesia yang berasal dari
berbagai macam institusi – seperti pemerintah, universitas, LSM, dan lain
sebagainya – yang sudah bertahun-tahun melakukan penelitian mengenai konservasi
in-situ dan ex-situ spesies badak, serta segi kebijakan yang mengatur regulasi
perlindungan badak di Indonesia.
Menurut data WWF Indonesia, hingga saat ini terdapat
5 spesies badak yang masih tersisa di dunia, dimana 2 diantaranya terdapat di
Indonesia, yaitu badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak Sumatera (Dicherorinus
sumatrensis). Kedua spesies ini dikategorikan sebagai satwa liar berstatus
kritis terancam punah oleh Daftar Merah IUCN. Populasi badak Jawa hanya
tersisa sekitar 50 individu di alam, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon
(Banten) – dengan jumlah individu yang kecil dan hanya berada dalam satu
populasi akan sangat rentan terhadap kepunahan. Sedangkan badak Sumatera hanya
tinggal 200 individu, tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung), dan Waykambas (Lampung).
Dalam 20 tahun terakhir 8 kantong populasi badak di
Sumatra punah, dan populasi menurun hingga 82%. Berdasarkan kondisi ini,
maka dibutuhkan sebuah panduan teknis tertentu dalam upaya pelestarian spesies
langka ini. Salah satunya adalah dengan mengumpulkan pengalaman beberapa
penggiat konservasi yang berupaya melestarikan badak di Indonesia.
“Tidak hanya spesiesnya saja yang langka,
pengetahuan teknis konservasi badak pun dapat dikategorikan sebagai hal yang
langka,” kata Prof. DR. Hadi Alikodra, Guru Besar IPB untuk Manajemen Satwa
Liar melalui keterangan tertulisanya yang diterima Beritalingkungan.com.
Menurutnya, buku ini sangat penting bagi dunia
konservasi badak di Indonesia dan dapat memberikan referensi yang baik,
mengingat populasi badak kini kian mengkhawatirkan.
Buku ini merupakan buku mengenai teknik konservasi
badak Indonesia yang dirilis pertama kalinya dalam Bahasa Indonesia. Buku yang
terdiri dari 10 bab dan 270 halaman ini, berisi pengetahuan seputar taksonomi
dan morfologi badak, populasi dan penyebaran, habitat, perilaku, persaingan
ekologi, perburuan, penyelamatan, penangkaran dan protokol penyelamatan badak –
yang tentunya berasal dari pengalaman bertahun-tahun di lapangan.
“Hilangnya badak di Indonesia berarti hilangnya
spesies ikonik tanah air dan tidak memberikan kesempatan kepada anak cucu kita
untuk mempelajarinya”, ujar Dr Efransjah, CEO WWF-Indonesia. “Buku seperti ini
jarang diterbitkan dan merupakan sumbangsih yang tak ternilai dengan memberikan
gambaran teknis dokumentasi pengalaman bertahun-tahun para praktisi konservasi
badak di Indonesia” tambahnya.
Seruan pentingnya kerjasama dan dukungan
internasional secara khusus telah disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), pada saat mencanangkan tahun badak internasional bersama IUCN,
tahun 2012 lalu. SBY mengintruksikan bahwa upaya pelestarian badak hendaknya
diselaraskan dengan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan sebagai
bagian dari pemantapan reputasi bangsa Indonesia.
Widodo Ramono, Direktur Eksekutif Yayasan Badak
Indonesia (YABI), yang juga penulis utama buku ini, mengatakan dengan
diterbitkannya buku ini, diharapkan dapat meningkatkan wawasan pentingnya
konservasi dan menjadi pendorong kerjasama yang lebih baik bagi para pemangku
kepentingan yang bekerja sama dalam upaya penyelamatan badak di Indonesia.
Menurut Duta Badak Indonesia, Desi Ratnasari, menyelamatkan
badak berarti menyelamatkan hutan tropis Indonesia dan juga kehidupan manusia.
Selain tekad yang kuat, dukungan ilmu pengetahuan, dan kebijakan yang tepat,
dukungan publik juga memegang peranan penting dalam pelestarian badak
Indonesia.”
Sementara itu, musisi dan Supporter Kehormatan
WWF-Indonesia, Nugie, yang sudah pernah mengunjungi lokasi habitat alam badak
Sumatera di Bukit Barisan Selatan dan badak Jawa di Ujung Kulon, mengatakan,
badak sumatera dan badak jawa sudah sangat sulit ditemukan di alam liar,
termasuk di habitat alami mereka. "Oleh karena itu, saya mengajak publik
untuk bersama-sama mendukung pelestarian spesies endemik Indonesia ini. Sebab
jika badak dapat dijaga, otomatis habitat mereka akan ikut
terpelihara,”tambahnya. (Marwan Azis).
0 komentar:
Posting Komentar