Mengkaji manfaat
berpuasa dari sisi kesehatan tubuh sudah sering dilakukan. Namun, yang
juga perlu dimengerti, puasa berperan penting menjadikan otak normal
menjadi sehat.
Otak yang normal memang belum tentu
menjadi otak yang sehat. Otak normal artinya, otak yang tidak mempunyai
penyakit, membantuk kita melakukan banyak aktivitas. Tapi, otak yang
normal masih sering kali menyakiti hati orang lain.
Sedangkan otak sehat adalah rahmatan lil ‘alamin. Otak yang bisa mengendalikan nafsu dan bermanfaat bagi sesama manusia.
Seperti yang kita tahu bahwa
manusia mempunyai tiga hawa nafsu. Yang pertama adalah nafsu makan,
kedua nafsu minum, dan ketiga nafsu birahi.
Untuk membuat otak normal menjadi otak sehat, puasa mempunyai peran penting. Kita memang tidak menyadarinya.
Untung Allah SWT telah menuntun
kita untuk berpuasa sesuai dengan yang tertuang dalam surah Al-Baqarah
ayat 183 yang berisi “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertaqwa”.
Secara langsung, Allah SWT memang membimbing kita menjadi insan yang rahmatan lil ‘alamin.
Bahkan, agama apapun biasanya menganjurkan penganutnya untuk berpuasa.
Tentu dengan cara yang berbeda-beda. Namun yang penting adalah
mengetahui rasionalisasinya yang logis.
Di dalam otak kita terdapat terdapat bagian yang bernama prefrontal cortex. Letaknya di depan kepala yang biasa kita basuh saat wudu. prefrontal cortex merupakan bagian yang vital untuk mengatur nilai luhur atau spiritualitas seseorang.
Tanpa bagian itu, perilaku manusia
tak ubahnya seperti binatang. Bahkan, memang bagian otak tersebut yang
membedakan manusia dan binatang. Sebab, binatang tidak mempunyai bagian prefrontal cortex.
Saat berpuasa, secara langsung kita juga melatih prefrontal cortex untuk
bekerja lebih baik. Dengan kata lain, tiga hawa nafsu yang dimiliki
manusia, yakni makan, minum, dan birahi, lebih terbiasa dikendalikan prefrontal cortex.
Bila terbiasa menurut pada prefrontal cortex, seseorang bisa semakin mudah mengendalikan hawa nafsu dan melakukan hal yang positif untuk dirinya sendiri dan sesamanya.
Pada bagian otak lain, terdapat
suatu bagian bernama sistem limbik yang berfungsi mengatur tingkat emosi
seseorang. Bila prefrontal cortex tidak bisa dilatih, sistem limbik bisa mendominasi. Akibatnya, seseorang penuh dengan emosi yang sulit dikontrol.
Namun, apabila prefrontal cortex terbiasa dilatih dengan berpuasa, sistem limbik bakal stabil dibawah pengaturan prefrontal cortex. Dengan begitu, lebih sulit menuruti hawa nafsu karena system limbic sudah berada dalam pengawasan prefrontal cortex.
Sekadar diketahui, otak kita punya
empat kecerdasan yang bisa diatur dengan baik. Yakni, kecerdasan
intelektual, spiritual, emosional, dan adversitas (kemampuan untuk
keluar dari masalah).
Tanpa kita sadari, kecerdasan
intelektual selama ini hanya digunakan 10-15 persen. Yang serign kita
gunakana adalah kecerdasan spiritual. Karena itu, penting selalu melatih
kepekaan prefrontal cortex kita. Baik pada Ramadan maupun bukan.
Sebab, otak yang sehat secara
langsung berpengaruh pada daya tahan tubuh yang kuat. Salah satunya,
hasil penelitian seorang guru besar kedokteran dai Tiongkok membuktikan
bahwa usia seseorang bisa panjang sampai dengan 175 tahun.
Kuncinya, seseorang tersebut harus
makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Alangkah baiknya kita
bisa selalu pandai mengambil hikmah, sulit marah, mudah memaafkan,
rendah hati, dan tinggi budi.
Gaya hidup seperti itu bisa
menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner sebanyak 75
persen, diabetes 45 persen, dan kanker 35 persen.
Allah pun punya toleransi tinggi
terhadap umatnya. Allah hanya mewajibkan seseorang untuk berpuasa pada
Ramadan, selain itu hukumnya sunah. Artinya, Allah mengetahui tidak
semua umatnya kuat menjalani puasa dalam waktu yang panjang. Allah
memberikan pilihan kepada umatnya untuk menjalankan ibadah sunah atau
tidak.
Bila bertanya apakah prefrontal cortex bekerja
atau tidak, kita hanya tinggal introspeksi diri. Me. Bila masih
merasakan gejolak untuk memilih hal yang baik atau buruk, artinya kita
masih kurang melatih prefrontal cortex.
Namun, bila kita adalah orang yang
senang bersyukur meski sedang diberi cobaan, mudah mengambil hikmah,
artinya kita tinggal mempertahankan prefrontal cortex yang sudah bekerja dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar