Laser ternyata berpotensi
digunakan untuk menciptakan hujan. Hal ini diungkapkan oleh Jerome Kasparian,
fisikawan dari University of Geneva. Dengan hasil penelitian ini, daerah kering
bisa berharap hujan lebih dan ilmuwan pun mendapat teknik baru membuat hujan
yang lebih efektif dari teknik modifikasi iklim.
Dalam penelitiannya, Kasparian
menggunakan laser untuk mengontrol kelembaban. Ilmuwan menemukan bahwa laser
bisa memicu tumbuhnya tetesan air hujan pada kelembaban lebih rendah, sekitar
70 persen. "Pada kelembaban tersebut, kondensasi tidak terjadi dalam kodisi
natural, di mana dibutuhkan kelembaban 100 persen," kata Kasparian.
Rahasia kerja laser adalah pada
kemampuan sinarnya membentuk senyawa asam nitrat di udara. Asam nitrat bisa
menjadi "biji" awan, memilih untuk berasosiasi dengan air, bertindak
seperti lem sehingga membentuk kumpulan air dalam kondisi yang relatif kering,
di mana air mengalami evaporasi.
Untuk bisa diaplikasikan sebagai pencipta hujan, masih perlu beberapa pengembangan. Kasparian mengakui bahwa laser memang bisa menumbuhkan partikel berair. "Namun, saat ini ukurannya terbatas, hanya beberapa mikron. Butuh 10 sampai 100 kali lebih besar untuk memproduksi hujan yang sebenarnya," kata Kasparian.
Untuk bisa diaplikasikan sebagai pencipta hujan, masih perlu beberapa pengembangan. Kasparian mengakui bahwa laser memang bisa menumbuhkan partikel berair. "Namun, saat ini ukurannya terbatas, hanya beberapa mikron. Butuh 10 sampai 100 kali lebih besar untuk memproduksi hujan yang sebenarnya," kata Kasparian.
Asalkan syarat tersebut bisa
dipenuhi, penciptaan hujan dengan laser tak akan terlampau sulit. Tak perlu
juga sistem laser udara. “Tipe laser yang digunakan selama ini bisa mencapai
jarak kerja beberapa kilometer, jadi atmosfer bisa diaktifkan dengan ground
based laser," Menurut Kasparian, kombinasi antara teknik laser dan teknik
modifikasi cuaca seperti dengan
perak iodidan dan dru ice tidak diperlukan. Langkah itu, menurutnya,
justru akan kontraproduktif. Partikel akan berkompetisi untuk terkondensasi dan
hasilnya tetesan air terlalu kecil, tak cukup untuk menjadi tetesan hujan.
Satu masalah terkait kontrol
cuaca seperti dengan laser adalah, akankah penciptaan kelembaban di satu tempat
akan mencuri kelembaban di tempat lain. Menanggapi hal ini, Kasparian
mengatakan, "Laser hanya memungkinkan kondensasi bagian kecil dari
kelembaban di udara." Jadi, risikonya tak terlampau serius. Penemuan
Kasparian ini dipublikasikan di Nature Communication, 30 Agustus 2011.
0 komentar:
Posting Komentar