Blogger Situbondo

Admin Blogernya asli Situbondo

Kamis, 27 Juni 2013

0 Sudah Dewasa Belum Yaa





Yab …. Sahabat kali ini kita akan sedikit menyetuh diri kita masing-masing. Apanya yang disentuh?, terserah sahabat deh …. heeeee ….    Tapi tulisan ini  akan menyetuh pola fikir dan sikap kita terhadap diri sendiri dan orang lain. Pola fikir sudah dewasakah saya? 
Jika kita amati di sekitar kita, ada sahabat yang usianya muda tapi pola fikir dan sikapnya sudah dewasa. Adapula yang usianya sudah hampir habis tapi tingkah polanya masih seperti remaja atau tambah parah masih seperti anak-anak. Heeee …. Jadi mikir nih saya tergolong yang mana ya …… 






Beberapa hal yang bisa kita jadikan ukuran tentang diri kita adalah :

Emosi
Kadang bisa diidentikan emosi dengan amarah. Kurang bisanya mengotrol emosi bukti bahwa kita belum begitu dewasa. Semakin ahli menahan emosi, berarti semakin dewaslah seseorang.
  
Pakaian
Eh ada bedanya lo antara orang dewasa dengan anak-anak (remaja). Kalau kita udah dewasa. Cara berpaikan pasti tidak seronok, tidak buka aurot, dan memilih pakaian tidak terlalu berwana nyorak. Yang jelas tidak punya perasaan ingin pamer dengan busana yang baru, mahal, unik, dan “wah-wah” yang lain.
   
Bicara
Orang yang dewasa selalu tahu kapan dia bicara dan kapan harus diam. Kalau masih suka “ngomong” apalagi tentang hal-hal yang tidak bermutu, mengunjing, menghina, dan kata-kata jorok yang lain. itu tandanya masih belum dewasa.
.  
Besar Hati
Mau menerima kebenaran dari mana saja. Tidak memandang siapa yang menyampaikan. Orang belum dewasa kadang masih melihat dulu siapa yang bicara. Jika itu temannya, gologannya, orang yang udah terkenal, atau berpangkat  dia akan gampang menerima. Tapi jika yang menyampaikan orang yang tidak sepaham dengan dia, atau usianya dan pangkat di bawahnya maka akan ditolak.
  
Selalu Ingin Senang-senang
Siapa sih yang tidak suka senang-senang? Semua orang pasti suka. Tapi orang dewasa selalu bisa memilih. Pantas tidak kesenangan ini dilakukan? Dia kan selalu mencocokkan dengan kondisi dan profesinya. Misalkan seorang dokter, dia pasti tidak akan merokok di lingkungan rumah sakit karena itu bukan menandakan dokter yang dewasa dalam profesinya. Misalkan seorang guru, bertingkah laku tidak sopan di depan siswa-siswinya secara langsung atau lewat media, karena dikawatairkan ditiru anak didiknya.


Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar