Blogger Situbondo

Admin Blogernya asli Situbondo

Kamis, 27 Juni 2013

0 Sudah Dewasa Belum Yaa





Yab …. Sahabat kali ini kita akan sedikit menyetuh diri kita masing-masing. Apanya yang disentuh?, terserah sahabat deh …. heeeee ….    Tapi tulisan ini  akan menyetuh pola fikir dan sikap kita terhadap diri sendiri dan orang lain. Pola fikir sudah dewasakah saya? 
Jika kita amati di sekitar kita, ada sahabat yang usianya muda tapi pola fikir dan sikapnya sudah dewasa. Adapula yang usianya sudah hampir habis tapi tingkah polanya masih seperti remaja atau tambah parah masih seperti anak-anak. Heeee …. Jadi mikir nih saya tergolong yang mana ya …… 






Beberapa hal yang bisa kita jadikan ukuran tentang diri kita adalah :

Emosi
Kadang bisa diidentikan emosi dengan amarah. Kurang bisanya mengotrol emosi bukti bahwa kita belum begitu dewasa. Semakin ahli menahan emosi, berarti semakin dewaslah seseorang.
  
Pakaian
Eh ada bedanya lo antara orang dewasa dengan anak-anak (remaja). Kalau kita udah dewasa. Cara berpaikan pasti tidak seronok, tidak buka aurot, dan memilih pakaian tidak terlalu berwana nyorak. Yang jelas tidak punya perasaan ingin pamer dengan busana yang baru, mahal, unik, dan “wah-wah” yang lain.
   
Bicara
Orang yang dewasa selalu tahu kapan dia bicara dan kapan harus diam. Kalau masih suka “ngomong” apalagi tentang hal-hal yang tidak bermutu, mengunjing, menghina, dan kata-kata jorok yang lain. itu tandanya masih belum dewasa.
.  
Besar Hati
Mau menerima kebenaran dari mana saja. Tidak memandang siapa yang menyampaikan. Orang belum dewasa kadang masih melihat dulu siapa yang bicara. Jika itu temannya, gologannya, orang yang udah terkenal, atau berpangkat  dia akan gampang menerima. Tapi jika yang menyampaikan orang yang tidak sepaham dengan dia, atau usianya dan pangkat di bawahnya maka akan ditolak.
  
Selalu Ingin Senang-senang
Siapa sih yang tidak suka senang-senang? Semua orang pasti suka. Tapi orang dewasa selalu bisa memilih. Pantas tidak kesenangan ini dilakukan? Dia kan selalu mencocokkan dengan kondisi dan profesinya. Misalkan seorang dokter, dia pasti tidak akan merokok di lingkungan rumah sakit karena itu bukan menandakan dokter yang dewasa dalam profesinya. Misalkan seorang guru, bertingkah laku tidak sopan di depan siswa-siswinya secara langsung atau lewat media, karena dikawatairkan ditiru anak didiknya.

0 Menemukan Cinta Yang Hilang


Detik waktu terus berlalu mengiringi hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dan windu demi windu langkah kakiku dalam menapaki kehidupan ini. Kehidupan yang indah karunia Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sebuah perjalanan panjang anak manusia yang hidup mengikuti takdirnya. Hidup mengikuti kehendak Sang Pencipta Alam. Hidup dengan kasih sayang orang tua, keluarga tercinta dan sahabat-sahabat sejatinya.

Tak terelakkan dalam kehidupan ini kita harus berbaku hantam dengan kesedihan, harus bersahabat dengan kesulitan dan kerasnya kehidupan, namun tidak terlupakan setumpuk kesenangan dan kebahagiaan juga selalu menghampiri hari-hari kita. Suka – duka, pahit – manis, susah – senang, sedih – gembira, merana – bahagia adalah pasangan keadaan yang mau tidak mau pasti kita lewati walaupun kadang diri ini tidak ingin bila sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan harus menjadi sebuah realitas yang harus kita hadapi.

Tak terelakkan dalam kehidupan ini kita harus berbaku hantam dengan kesedihan, harus bersahabat dengan kesulitan dan kerasnya kehidupan, namun tidak terlupakan setumpuk kesenangan dan kebahagiaan juga selalu menghampiri hari-hari kita. Suka – duka, pahit – manis, susah – senang, sedih – gembira, merana – bahagia adalah pasangan keadaan yang mau tidak mau pasti kita lewati walaupun kadang diri ini tidak ingin bila sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan harus menjadi sebuah realitas yang harus kita hadapi.

Adalah kita sebagai manusia biasa yang selalu merindukan cinta dan kasih sayang. Sejak terlahir ke dunia ini kita sudah merasakan kedua kebutuhan psikis tersebut, sehingga kita bisa bertumbuh hingga menjadi manusia dewasa seperti sekarang ini. Meskipun memang tidak bisa dipungkiri, ada juga saudara-saudara kita yang jauh dari cinta dan kasih sayang karena harus menghadapi kerasnya hidup seorang diri sedari kecil. Seperti mereka yang hidup di jalan, terminal, kolong jembatan dan tidak tahu kepada siapa mereka memanggil “ayah” atau “ibu”.

Sudah menjadi fitrah kita ingin dicinta dan mencinta, baik itu keluarga, sahabat, masyarakat dan orang-orang terdekat. Cinta dan keberadaan mereka di sekitar kita yang telah membuat hidup kita punya makna, karena jika kita hidup seorang diri, tak akan berarti segala harta dan perhiasan dunia ini bagi kita. Selalu ada orang-orang terkasih yang membuat hari-hari kita terasa lebih hidup dan pencapaian prestasi pribadi kita punya arti.

Setelah dewasa maka kita pun mulai mengenal lawan jenis dengan segudang perasaan yang khas, yang tidak pernah kita rasakan ketika kecil dulu… melebihi dari sekedar ketertarikan, melebihi dari sekedar ingin mengenal dan ingin selalu dekat. Itulah perasaan cinta yang berbalut asmara. Dan mereka yang terserang virus cinta kepada sang pujaan hati biasanya disebut sedang “kasmaran”. Kasmaran: sejauh mana kau kejar cinta? Selalu menjadi episode kehidupan yang menarik untuk disimak.

Soulmate in Love

Sudah menjadi fitrah (built in) kita membutuhkan pasangan hidup. Jika kita laki-laki maka pasangan kita tentu wanita, begitu juga sebaliknya. Hal ini sudah tersurat dalam Al Quran, yakni tatkala Allah SWT berfirman dalam surat Faathir ayat 11 yang artinya :

“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”

Jadi, jika yang berpasangan menjadi partner hidup itu adalah laki-laki dengan laki-laki (homoseksual, atau kawan saya sering menyebutnya dengan istilah hombrenk) atau pasangan wanita dengan wanita (lesbian), ini bertentangan dengan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan. Kaum ini pernah hidup di jaman Nabi Luth dan mereka akhirnya mendapat azab Allah yang amat pedih sebagaimana diabadikan dalam Al Quran Surat Asy Syu’araa ayat 173 yang artinya, “Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.”

Maka kita pun menjadi manusia normal yang tertarik dan memiliki cinta pada lawan jenis. Kita pun mulai melakukan perjalanan mencari cinta sejak muda belia, bahkan ada filmnya yaitu “30 Hari Mencari Cinta”. Karena 30 hari sama dengan satu bulan, ternyata banyak yang belum menemukan dambaan hatinya, menemukan cinta sejatinya: soulmate in love, belahan jiwa! Bahkan sudah bertahun-tahun juga belum bertemu soulmate mereka. Pernah seorang sahabat yang meminta bantuan agar dicarikan pasangan untuk saudaranya, seorang wanita karier dengan umur kepala empat. Langsung pikiran saya menuju seorang kawan yang berumur 40-an dan masih melajang, namun ternyata beberapa minggu kemudian kawan yang dimaksud menikah dengan jodohnya, seorang gadis muda usia di bawah 25 tahun. Jodoh memang penuh misteri…, siapa sangka?

Dalam proses pencarian cinta inilah banyak sekali kisah yang terjadi. Ada yang terjerembab ke lembah dosa, berbuat nista dengan menodai kesucian cinta: melanggar batas syari’at yang ditetapkan-Nya. Ada yang broken heart dan dan mengakhiri hidup dengan mengenaskan. Ada yang dalam masa berpacaran bergonta-ganti pasangan (bila ini jadi hobi biasanya disebut playboy atau playgirl). Ada yang merajut asmara bertahun-tahun namun kemudian putus di tengah jalan, akhirnya broken heart juga; untung tidak bunuh diri, hanya merana saja. Ada yang cintanya bertepuk sebelah tangan, namun tetap tabah dan terus mencari. Ada juga yang beruntung: sekali langsung jadi dan untuk selamanya.

Yang syar’i adalah mereka yang pacarannya sesudah nikah—meski terbatas jumlahnya. Ini adalah jalan yang ditempuh mereka yang berpegang teguh pada hukum yang Allah tetapkan. Mungkin ini sulit dijumpai di kalangan remaja di mana pergaulan bebas semakin merajalela, namun bukan berarti tidak ada sama sekali. Ini hanya soal prinsip/jalan hidup atau way of life yang dianut masing-masing personal.

Pencarian Cinta Sejati

Dalam kenyataannya, hampir semua kawula muda melakukan pencarian cinta. Malangnya kebanyakan mereka hanya mencari cinta yang bersifat horizontal, yakni cinta untuk lawan jenis. Sehingga banyak di antara mereka yang hanya menemukan kepedihan, kepahitan dan sakit hati bertubi-tubi. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki pondasi yang kuat dalam hal cinta-mencintai. Mereka hanya mencintai apa yang terlihat; mencintai si dia yang cantik, si dia yang tampan, yang telah mencuri hatinya, yang telah bertahta di singgasana cintanya. Dan ketika apa yang mereka cinta tidak mereka dapatkan, yang terjadi adalah putus asa, patah hati, merana, sakit, sedih, pilu, bahkan ada yang dengan tragis mengakhiri hidup mereka sendiri hanya karena urusan cinta; padahal hanya cinta kepada sesuatu yang fana: manusia. Mereka lupa kepada Sang Pemilik Cinta, Allah Azza wa Jalla.

Tak jarang dari kita yang tidak tanggung-tanggung dalam menempuh jalan pencarian cinta. Dia tidak hanya mencari cinta sesama manusia, tetapi juga mencari hakikat cinta yang sesungguhnya. Mencoba menguak misteri eksistensi dirinya dan berusaha menemukan cinta yang sejati. Cinta sejati ini adalah cinta yang kita tidak akan pernah kecewa jika kita memilikinya. Cinta yang tidak akan bertepuk sebelah tangan. Cinta yang akan membawa kepada kebahagiaan hakiki.

Ketika kita mencintai sesama makhluk dengan sepenuh cinta, tidak ada jaminan cinta kita akan bahagia karena cinta sesama manusia itu tidak kekal. Mungkin ia mati, pindah ke lain hati, atau menduakan cinta kita. Dan itu bisa terjadi secepat kita mengedipkan mata. Bisa dibayangkan, seseorang yang kita cintai dengan sepenuh hati hingga disebut cinta mati, tiba-tiba si dia bersama orang lain dengan penuh kemesraan tanpa memedulikan keberadaan kita; bahagiakah cinta kita? Tentu tidak! Apa cinta kita telah hilang? Tidak hilang…, hanya salah sasaran.

Coba bayangkan, sebelum kita mancintai yang lain-lain, kita memiliki cinta kepada cinta yang tidak akan pernah mengecewakan kita. Cinta di mana jika kita mendekat sejengkal, Dia akan mendekat sehasta; jika kita mendekat sehasta maka Dia akan mendekat sedepa; jika kita mendekat padanya sambil berjalan maka Dia akan menyongsong kita sambil berlari. Dan cintanya itu kekal abadi, tidak berubah karena perubahan fisik maupun keadaan ekonomi kita. Dia hanya memperhatikan satu hal dari kita; seberapa besar kesungguhan cinta kita.

Beda dengan mencintai manusia, harta, pangkat atau jabatan. Jika kita mencintai ketiga hal tersebut maka yang sering terjadi kita diperbudak oleh perasaan sendiri, takut ditinggalkan, takut kehilangan, dan rasa takut lainnya. Namun, jika kita bisa mencintai yang satu ini dengan sepenuh hati maka hidup kita akan merasakan ketenteraman. Dia tidak lain adalah Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Ketika kita berdzikir (mengingat) Dia maka bukan kegalauan yang mendera, melainkan sebuah ketenteraman batin yang menyejukkan.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d : 11)

Mahabbah (cinta) kepada Allah adalah cinta yang paling indah, namun sekaligus yang paling sulit, karena kita sebagai manusia biasa terkadang lebih mencintai sesuatu yang bisa dilihat dan diraba dengan panca indera. Bahkan seringnya kita ingat kepada Allah hanya ketika sedang ditimpa musibah saja atau ketika sedang merana meratapi kesendirian. Di saat-saat seperti itu, hati kita cenderung untuk kembali pada-Nya karena ternyata diri kita merindukan cinta dan kekuatan dari Dzat yang maha segala-galanya.

Kita tidak boleh ingat Allah hanya di saat susah saja. Kita juga tidak pantas menyatakan cinta pada-Nya hanya ketika kita sedang menyendiri dalam penantian cinta yang melelahkan. Kita harus menjadikan cinta kita kepada Allah SWT sebagai cinta yang teragung; cinta yang terdahsyat di setiap hembusan nafas kita. Kita memang bukan malaikat, sehingga kita tentu pernah atau sering berbuat salah dan dosa. Namun, kita tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya karena selalu ada kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri selama jantung kita masih berdetak dan darah kita masig mengalir menelusuri pembuluh darah.

Cinta yang tidak akan kecewa adalah cinta kepada Sang Pemilik Cinta, sebagaimana Bimbo mendendangkan lagunya dengan sangat indah, “Aku jauh…, engkau jauh. Aku dekat…, engkau dekat. Hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa bertarung…”

Tidak Hanya Sekedar Cinta

Apakah mencintai Sang Khaliq sedemikian mudahnya, seperti ketika kita menyatakan cinta pada orang yang kita kasihi? Ternyata tidak semudah itu. Untuk membuktikan cinta kita kepada Sang Khaliq, Allah SWT, kita harus menjadi hamba yang bertaqwa; yang menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala laranngan-Nya sebagaimana yang dicontohkan Nabi dan Rasul-nya, Muhammad SAW.

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

Untuk itu, kita harus meletakkan prioritas cinta kita yang selanjutnya kepada Rasulullah, yang telah membebaskan ummat ini dari jaman jahiliyah yang gelap gulita sehingga sekarang kita bisa hidup dengan berlimpah nikmat, terutama nikmat iman dan Islam. Meneladani Rasulullah adalah jalan yang harus kita tempuh jika kita ingin mendapat cintanya Allah atau jika kita benar-benar mencintai Allah. Jadi, tidak sekedar ucapan cinta belaka.

Sayangnya di jaman modern seperti sekarang ini, kita sering salah kaprah. Kita meniru dan mengidolakan seseorang yang bukan pada tempatnya. Bukannya mengidolakan Nabi Muhammad, namun justru mengidolakan tokoh fiktif seperti Spiderman, Superman, Batman, X-men, dan lain-lain. Ada juga yang mengidolakan artis, penyanyi, bintang film dan lain-lain yang mana mereka tidak membawa perbaikan terhadap akhlak dan kecerdasan spiritual seseorang. Sehingga bukannya pencerahan yang mereka dapatkan, namun justru semakin jauh dari Tuhannya.

Kita patut bersyukur karena kita masih ditakdirkan Allah berjumpa dengan bulan suci Ramadhan tahun ini, saat di mana kita sepantasnya melakukan introspeksi diri, sejauh mana kita telah berusaha menjadi hamba Allah SWT yang pantas dicintai dan sejauh mana kita berusaha meneladani Rasulullah SAW dalam segala segi kehidupan. Bukankah selama ini yang kita kejar dan lebih kita utamakan adalah cinta manusia, nilai akademik, harta, karier, jabatan, dan sebagainya yang mungkin justru membuat kita semakin jauh dari Sang Pencipta.

Jika sekarang kita sudah menemukan cinta yang pernah hilang, semoga cinta itu tidak akan pernah pergi lagi. Dan cinta itu bisa terus tumbuh dan bermekaran… menghiasai bulan diturunkannya Al Quran, di malam yang lebih mulia dari seribu bulan… dan menjadikan cinta kita kepada kekasih, istri, suami, keluarga, sahabat, dan semua makhluk di bumi ini sebagai bentuk/manifestasi cinta kita kepada Sang Pemilik Cinta Sejati, Allah Azza wa Jalla.

0 Mimpi Indah


Dapatkah seseorang mencinta hanya karena sepotong mimpi? Mustahil. Namun, adikku semata wayang mengalaminya – setidaknya itu yang diakuinya.

Gadis yang dicintainya adalah Lala, adik sepupunya sendiri. Wajar, bukan? Bahkan, menjadi halal saat kedua orang tuaku kemudian berpikir untuk meminangnya.

Semua berawal dari penuturan Jamal. Ia bilang, ia memimpikan Lala sebagai gadis yang diperkenalkan Ibu kepadanya sebagai calon istrinya.

“Kami sudah saling mengenal, Bu,” kata Jamal dalam mimpi itu dengan malu-malu. Gadis itu pun mengangguk dengan senyum malu-malu pula.

Sebenarnya Jamal tidak terlalu meyakini gadis itu adalah Lala. Wajahnya samar terlihat. Namun, Jamal merasakan aura gadis itu cukuplah ia kenal. Hebatnya, ini diperkuat oleh ayah kami. Di malam yang sama, beliau bermimpi tentang Jamal yang duduk di kursi pelaminan bersama Lala! Apakah ini pertanda? Entah. Hanya saja, sejak itu aku merasakan pandangan Jamal terhadap Lala berubah.

Mereka sebenarnya teman bermain di waktu kecil, namun tak pernah bertemu lagi sejak remaja. Keluarga Lala tinggal jauh di Surabaya, sementara kami di Jakarta. Kami jarang berkumpul, bahkan saat lebaran, sehingga kenangan yang dimiliki Jamal tentang Lala adalah kenangan di masa kecil dulu sebagai abang yang kasih kepada adiknya. Kasih dimana sama sekali tak terpikirkan untuk memandang Lala sebagai gadis yang pantas dicintai, bahkan halal dinikahi. Namun, mimpi itu mampu menyulap semuanya menjadi…cinta (?).

Mari katakan aku terlalu cepat menyimpulkan sebagai cinta. Barangkali saja itu hanya pelangi yang tak kunjung sirna mengusik relung hati adikku. Pelangi yang mampu merubahnya menjadi sok melankolis hingga membuat kami sekeluarga khawatir melihat ia kerap termenung menatap kejauhan, untuk kemudian mendesah perlahan.

“Mungkin kau harus menemuinya di Surabaya,” kata Ibu.

”Rasanya tak usah, Bu. Masak hanya karena bunga tidur aku menemuinya,” jawab Jamal.

”Barangkali saja itu pertanda.”

”Bahwa Lala jodoh saya?”

”Bukan. Bahwa sudah lama kau tak mengunjungi mereka untuk bersilaturahmi. Biar nanti Mbakmu dan suaminya yang menemanimu kesana.”

Jamal tertegun sejenak untuk kemudian mengangguk.

Wah, pintar sekali Ibu membujuk. Padahal tanpa sepengetahuan adikku yang pendiam itu, Ibu menyerahi kami tugas untuk ”meminang” Lala. Ibu betul-betul yakin mimpi itu sebagai pertanda sehingga memintaku menanyakan kepada Lala tentang kemungkinan kesediaannya dipersunting Jamal.

”Kenapa tidak minta langsung saja pada Paklik? Biar mereka dijodohkan saja,” kataku waktu itu.

”Ah, adikmu itu takkan mau.”

”Tapi…”

”Sudahlah. Ibu tahu Jamal belum terlalu dewasa. Kuliah saja belum selesai. Tapi setidaknya ia memiliki penghasilan dari usaha sambilannya berdagang, ‘kan?”

“Bukan itu maksudku. Apa Ibu yakin Jamal mau dengan Lala? Barangkali saja mimpinya hanya romantisme sesaat.”

Ibu tercenung. Aku yakin Ibu belum memastikan ini. Yang beliau tahu hanya Jamal yang bertingkah aneh. Itu saja. Selebihnya ia perkirakan sendiri. Sepertinya justru Ibulah yang ngebet ingin meminang Lala.

”Kupercayakan semua itu padamu.”

Walah! Berarti tugasku berlipat-lipat! Selain memastikan kesediaan Lala, aku pun harus memastikan perasaan adikku sendiri.

***

Ia diam. Sudah kuduga reaksinya begitu jika kutanyakan tentang kemungkinan perjodohannya dengan Lala.

“Kamu mencintainya?” Aku mengganti pertanyaan. Kali ini Jamal malah terkekeh.

”Mungkin… Entahlah. Rasanya tak wajar.”

Tentu saja tak wajar! Bagiku, mencinta karena sepotong mimpi hanya omong kosong. Lagi pula Jamal tak tahu seperti apa wajah dan kepribadian Lala dewasa ini. Aku pun tak tahu.

“Santai saja, Mal. Tak usah dipikirkan. Yang penting kita tiba dulu di sana,” kata Bang Rohim, suamiku.

***

Setiba di Surabaya, kami disambut keluarga Lala hangat.

”Wah, iki Jamal tho? Oala, wis gedhe yo?!” ucap Bulik.

Jamal hanya tersenyum. Apalagi saat pipi gendutnya dijawil Bulik seperti saat ia kanak-kanak dulu.

”Mana Lala, Bulik?” tanyaku saat tak mendapati anak semata wayangnya itu.

”Ada di dapur. Sedang bikin wedhang.”

Aku segera ke dapur. Aku sungguh penasaran seperti apa Lala sekarang. Kulihat seorang gadis di sana. Subhanalah, cantiknya! Ia mencium tanganku. Hmm, santun pula. Cukup pantas untuk Jamal. Tapi, aku harus menahan diri. Kata Bang Rohim, butuh pendekatan persuasif untuk menjalankan misi ini. Aku tak yakin aku bisa sehingga menyerahkan sepenuhnya skenario kepadanya.

Tak banyak yang dilakukan Bang Rohim selain meminta Lala menjadi guide setiap kami bertiga pergi ke pusat kota. Ia melarangku membicarakan soal perjodohan, pernikahan, pinangan atau apapun istilahnya kepada Lala. Katanya, kendati kami keluarga dekat, sudah lama kami tidak saling bersua. Bisa saja Lala memandang kami sebagai ”orang asing”. Upaya melancong bersama ini demi untuk mengakrabkan kembali Jamal, Lala dan aku. Kiranya ini dapat memudahkanku saat mengutarakan maksud kedatangan kami sesungguhnya nanti.

Malam ini saat dimana aku diperbolehkan suamiku mengungkapkan semuanya kepada Lala. Seharusnya memang begitu. Tapi Jamal mendahuluiku. Tak kusangka ia serius dengan perasaannya. Ia utarakan semuanya. Tentang mimpinya, tentang jatuh cinta, bahkan tentang pinangan.

“Mungkin Dik Lala menganggap ini konyol. Abang juga merasa begitu. Tapi, setidaknya sekarang Abang yakin dengan perasaan Abang. Jadi, mau tidak kalau Lala Abang lamar?”

Bukan manusia kalau Lala tidak kaget ditembak seperti itu. Ia tampak galau. Seperti aku dulu. Sayang Lala tak merespon seperti aku merespon pinangan Bang Rohim dulu.

“Maaf, Mas. Aku terlanjur menganggapmu sebagai kakak. Rasanya sulit untuk merubahnya.”

Berakhirlah. Sampai di sini saja perjuangan kami di Surabaya. Jamal tersenyum mengerti, namun kuyakini hatinya kecewa. Cintanya yang magis tak berakhir manis. Kami pulang ke Jakarta dengan penolakan.

Sejak hari itu, Jamal tak terlihat lagi melankolis. Ia kembali sibuk dalam aktivitasnya. Adikku itu benar-benar hebat. Kendati patah hati, ia tak mau larut dalam perasaannya. Bahkan, belakangan aku tahu ia belum menyerah. Setidaknya penolakan itu berhasil mengakrabkan kembali Jamal dengan Lala. Mereka berdua kerap berkirim SMS sekedar menanyakan kabar ataupun saling bercerita. Jamal betul-betul memandang ini sebagai peluang untuk mengubah pandangan Lala terhadapnya.

Waktu kian berganti hingga masa dimana Jamal mengutarakan lagi keinginannya itu. Sayang ditolak lagi. Begitu berulang hingga tiga kali.

Ayah dan Ibu prihatin melihatnya. Mereka tak bisa berbuat banyak. Keinginan mereka untuk menjodohkan saja keduanya Jamal tolak.

”Syarat orang yang menjadi calon istriku, haruslah tulus ikhlas menjadi pendampingku. Atas kemauannya sendiri, bukan pihak lain!” Begitu alasannya selalu.

Terserahlah apa katanya. Tapi ini sudah menginjak tahun kelima Jamal memelihara cinta tak kesampaian ini. Usianya kian mendekati kepala tiga. Cukup mengherankan ia tetap memeliharanya terus. Rasanya tak layak cinta itu dipelihara terus. Ia harus diberangus. Lala bukanlah gadis terakhir yang hidup di dunia. Untuk itu Ibu, Ayah dan aku kongkalikong untuk membunuh cinta Jamal. Sudah saatnya ia mempertimbangkan gadis-gadis lain. Kebetulan ada yang mau. Pak Haji Abdullah sejak lama ingin bermenantukan Jamal dan menyandingkannya dengan Azisa, anak sulungnya. Kami susun perjodohan tanpa sepengetahuan Jamal. Lantas, kami sekeluarga berusaha ”menghasut” Jamal untuk memperhitungkan keberadaan Azisa, temannya sejak SMU itu.

Alhamdulillah berhasil. Hati Jamal mulai terbuka untuk Azisa sehingga saat Pak Haji Abdullah meminta dirinya menjadi menantu, ia tak punya lagi pilihan selain mengiyakan.

***

Kesediaan Jamal memang sudah didapat, namun anehnya ia tak kunjung juga menentukan tanggal pernikahan. Kali ini naluriku sebagai kakak turut bermain. Rasanya Jamal tengah menghadapi masalah yang tak dapat dibaginya kepada siapapun, termasuk Azisa. Saatnya aku menjadi kakak yang baik untuknya.

”Entahlah, Mbak. Rasanya aku tak siap untuk menikah.”

Mataku terbelalak saat Jamal mengutarakan penyebabnya.

”Apa pasal?” tanyaku agak jeri. Aku tak berani membayangkan jika Jamal tiba-tiba membatalkan perjodohan. Keluarga kami bisa menanggung malu!

”Rasanya Azisa bukan jodohku.”

Aku semakin terkesiap. Aku mulai menduga-duga arah pembicaraannya.

”Lala-kah?” tanyaku. Jamal mengangguk pelan, namun pasti.

”Sebenarnya mimpi tempo hari itu tak sekonyong datang. Aku memintanya kepada Tuhan. Aku meminta Dia memberikan petunjuk tentang jodohku kelak. Dan yang muncul ternyata Lala!”

Aku kembali terdiam. Aku benar-benar payah. Sudah setua ini, masih saja tak dapat menjadi kakak yang baik buat Jamal. Aku bingung harus menanggapi bagaimana.

”Maafkan jika selama ini Mbak tak bisa menjadi kakak yang baik, Mal. Bahkan untuk masalahmu satu ini pun Mbak tak bisa menjawab. Hanya saja, kita tak akan pernah benar-benar tahu apa yang kita yakini benar itu sebagai kebenaran, Mal. Termasuk mimpimu. Mbak tidak tahu lagi harus menganggapnya omong kosong ataukah benar-benar pertanda. Kalaulah mimpi itu pertanda, pasti banyak sekali maknanya.”

”Kamu memaknainya sebagai cinta dan jodoh, Ibu memaknainya sebagai silaturahmi dan Ayah memaknainya sebagai tipikal istri ideal bagimu. Bukankah Azisa pun tak berbeda jauh dengan Lala? Mimpi itu nisbi, Mal.”

Jamal hanya mendesah pelan sambil memandang kejauhan. Mukanya masam. Mungkin tak menghendaki aku bersikap tak mendukungnya.

”Mungkin,” lanjutku, ”ini hanya masalah cinta saja. Mungkin hatimu masih hidup dalam bayangan Lala dan tak pernah sekali pun memberi kesempatan untuk dimasuki Azisa. Kau hidup di kehidupan nyata, Mal. Sampai kapan akan menjadi pemimpi?!”

Aku tersentak oleh ucapanku sendiri. Tak kuduga akan mengucapkan ini. Bukan apa-apa. Beberapa waktu lalu kami mendengar kabar Lala menerima pinangan seseorang. Kendati menyerah, aku yakin Jamal masih memiliki cinta untuk Lala. Ia pasti sakit. Aku betul-betul kakak yang tak peka. Aku menyesal. Aku peluk Jamal, menangis sesal.

Jamal turut menangis. Isaknya berenergi kekesalan, kekecewaan, kesepian, keputus-asa-an, bahkan kesepian. Aku terenyuh. Betapa ia menderita selama ini.

“Besok kita batalkan saja perjodohan dengan Azisa, Mal. Itu lebih baik ketimbang kau tak ikhlas menjalaninya nanti. Itu katamu tentang pernikahan, ‘kan? Kita bicarakan dulu dengan Ayah dan Ibu.”

Kupikir ini yang terbaik. Tak bijak rasanya tetap berkeras melangsungkan perjodohan di saat Jamal rapuh begini. Di saat Jamal terluka dan bimbang pada perasaannya. Biarlah keluarga kami menanggung malu bersama.

“Tidak. Kita teruskan saja. Aku ikhlas menjalani sisa hidupku bersama Azisa. Mungkin aku hanya membutuhkan sedikit menangis saja. Aku pergi dulu ke rumah Pak Haji untuk membicarakan ini. Assalamu’alaikum.”

Kutatap kepergian Jamal dengan perasaan tak tentu. Kalau diingat semua ini terjadi karena mimpi. Ya, Allah apakah benar mimpi itu pertanda-Mu? Jikalau benar kenapa sulit sekali terrealisasi? Jika pun tidak benar kenapa banyak orang mempercayai?

Aku terpekur. Maafkan aku adikku. Aku hanyalah insan, yang tak mampu menerjemahkan segala misteri-Nya, bahkan yang tersurat sekalipun. Aku hanya berusaha. Dia tetap yang menentukan. Maafkan aku.

0 Erupsi Gunungapi

Apakah Gunungapi itu?
Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.

*Klasifikasi Gunung Api
Gunungapi diklasifikasikan ke dalam empat sumber erupsi, yaitu:
1. Erupsi Pusat
Erupsi keluar melalui kawah utama.
2. Erupsi Samping
Erupsi keluar dari lereng tubuhnya.
3. Erupsi Celah
Erupsi yang muncul pada retakan/sesar, dapat memanjang sampai beberapa kilometer.
4. Erupsi Eksentrik
Erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang ke samping, melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri.
Berdasarkan tinggi-rendahnya derajat fragmentasi dan luasan, juga kuat-lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi, yaitu:
Tipe Hawaiian
Erupsi eksplosif dari magma basaltik atau mendekati basal. Pada umumnya berupa semburan lava pijar dan sering diikuti leleran lava secara simultan, yang terjadi pada celah atau kepundan sederhana.
Tipe Strombolian
Erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal. Pada umumnya terjadi pada gunungapi aktif di tepi benua atau di tengah benua.
Tipe Plinian
Erupsi sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam, dimana komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah besar.
Tipe Sub-Plinian
Erupsi eksplosif dari magma asam (riolitik) dari gunungapi strato. Tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi sub-plinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit.
Tipe Ultra-Plinian
Erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan lebih luas daripada Plinian biasa.
Tipe Vulkanian
erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit. Pada umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan seringkali disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak hanya selalu berasal dari magma, tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.
Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian
kedua tipe ini merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut, atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltik dengan air permukaan atau bawah permukaan. Letusannya disebut freatomagmatik. Tipe freatoplinian mempunyai proses kejadian yang sama dengan Surtseyan, namun magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
Sumber: http://piba.tdmrc.org

*Bentuk Gunung Api
Bentuk dan bentang alam gunungapi, terdiri atas:
Kerucut
Dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya.
Kubah
Dibentuk oleh terobosan lava di kawah, membentuk seperti kubah.
Kerucut Sinder
Dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria.
Maar
Biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan freatik atau freatomagmatik.
Plateau
Dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.


Gambar 1. Penampang Suatu Gunungapi dan Bagian-bagiannya
[Sumber: Krafft (1989) dengan modifikasi]
Struktur gunungapi terdiri dari:
(1) struktur kawah; merupakan bentuk morfologi negatif atau depresi akibat kegiatan suatu gunungapi, dimana bentuknya relatif bundar.
(2) kaldera; bentuk morfologinya seperti kawah, tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri dari kaldera letusan (terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya), kaldera runtuhan (terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma), kaldera resurgent (terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi, diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah), dan kaldera erosi (terjadi akibat erosi terus-menerus pada dinding kawah, hingga melebar menjadi kaldera).
(3) rekahan dan graben; merupakan retakan-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan paralel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan disebut graben.
(4) depresi volkano-tektonik; pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang berasosiasi dengan pembentukan gunungapi akibat ekspansi volume besar magma asam ke permukaan, yang berasal dari kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

*Kapan Gunung Berapi terbentuk
Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun yang lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapi berawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik. Sebagian besar penemuan fosil tersebut ditemukan di Afrika dan Indonesia, berupa tulang belulang manusia, yang terkubur oleh endapan vulkanik. Sebagai contoh, banyak ditemukan kerangka manusia di kota Pompeii dan Herculanum, yang terkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius pada tahun 79 Masehi. Fosil yang terawetkan baik pada abu vulkanik berupa tapak kaki manusia Australopithecus berumur 3,7 juta tahun di daerah Laetoli, Afrika Timur. Penanggalan fosil dari kerangka manusia tertua, Homo babilis, berdasarkan potassium-argon (K-Ar) didapatkan umur 1,75 juta tahun di daerah Olduvai. Penemuan fosil yang diduga sebagai manusia pemula Australopithecus afarensis berumur 3,5 juta tahun di Hadar, Ethiopia dan penanggalan umur benda purbakala tertua yang terbuat dari lava berumur 2,5 juta tahun, ditemukan di Danau Turkana, Afrika Timur. Perkembangan benda-benda purba dari yang sederhana kemudian meningkat menjadi benda-benda yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong, kapak tangan dan lainnya, terbuat dari obsidian yang berumur Paleolitik Atas.

*Dimanakah Gunung Api Terbentuk
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua (terbentuk akibat pemekaran kerak benua, busur tepi benua (terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua), busur tengah samudera (terbentuk akibat pemekaran kerak samudera), dan busur dasar samudera (terbentuk akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera).

*Mengapa Gunung Api terbentuk
Pengetahuan tentang lempeng tektonik merupakan pemecahan awal dari teka-teki fenomena alam, termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi, dan gunungapi. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi terbentuknya gunungapi.
Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi—sekitar 4,5 miliar tahun lalu—bersamaan dengan panas yang timbul dari unsur radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U, dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, namun kemudian berangsur mendingin, sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisme di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan secara konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel berkedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit di sekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7,35 km di bawah muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak pada umumnya, yang mempunyai ketebalan 70,120 km, terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang dikenal sebagai lempeng tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel. Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang dikenal sebagai astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, dan sebagai konsekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, meskipun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai ketebalan lebih kurang 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1,2 miliar tahun. Kerak samudera lebih tipis, sekitar 7 km, lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih atas daripada kerak samudera karena adanya perbedaan berat jenis. Keduanya mengapung di atas astenosfir.

*Bagaimana Proses terbentuknya Gunung Api
Pergerakan antar lempeng menimbulkan empat busur gunungapi berbeda.
Pada pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh, sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan. Kemudian terbentuk busur gunungapi tengah samudera.
Pada saat terjadi tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua dan menimbulkan gesekan antarkerak, terjadilah peleburan batuan. Selanjutnya lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan membentuk busur gunungapi di tepi benua.
Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan keluar lelehan batuan atau magma ke permukaan, sehingga terbentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan.
Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan kepada magma menerobos ke dasar samudera. Terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.


*Bahaya Gunung Api
Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder) bagi kehidupan manusia. Bahaya langsung akibat letusan gunungapi adalah:
1. Leleran lava
Leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas, dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800 – 1.200 oC. Pada umumnya, leleran lava yang dierupsikan gunungapi di Indonesia, komposisi magmanya bersifat menengah. Pergerakannya cukup lamban, sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.
2. Aliran piroklastik (awan panas)
Aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava, dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran mencapai 150-250 km/jam dengan jangkauan mencapai puluhan kilometer meskipun bergerak di atas air/laut.
3. Jatuhan piroklastik
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi. Pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin, kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil, sehingga merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat, serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.
4. Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
5. Gas vulkanik beracun
Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dan lain-lain. Pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.
Bahaya sekunder terjadi saat dan/atau setelah gunungapi aktif.
1. Lahar Hujan
Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat, sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 meter dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.
2. Banjir bandang
Banjir bandang terjadi akibat pelongsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran lumpur ini tidak begitu pekat seperti lahar, tetapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai, jika terjadi secara tiba-tiba.
3. Longsoran vulkanik
Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik jarang terjadi pada gunungapi umum, sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat longsoran vulkanik ini.

*Pengulangan Bencana Letusan Gunung Api
Dalam penanggulangan bencana letusan gunungapi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan, dan sesudah terjadi letusan.
1. Sebelum terjadi letusan
Melakukan pemantauan dan pengamatan aktivitas semua gunungapi aktif.
Membuat dan menyediakan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Risiko Bahaya Gunungapi, yang didukung dengan dengan Peta Geologi Gunungapi.
Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi.
Melakukan bimbingan dan pemberian informasi kegunungapian.
Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunungapi.
Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya (sarana dan prasarana).
2. Saat terjadi letusan
3. Setelah terjadi letusan
Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan.
Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya lanjutan.
Memberikan saran penanggulangan bahaya.
Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.
Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun.
Melanjutkan pemantauan rutin.

*Klasifikasi Gunung Api di Indonesia
Tipe A Gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600
Tipe B Gunungapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
Tipe C Gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
Jumlah dan Sebaran Gunungapi di Indonesia


*Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunung Api
Aktif Normal (Level I) Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan, dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
Waspada (Level II) Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual, atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan, dan gejala vulkanik lainnya.
Siaga (Level III) Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual (pemeriksaan kawah), kegempaan, dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisa, perubahan aktivitas cenderung diikuti terjadinya letusan.
Awas (Level IV) Menjelang letusan utama, letusan awal dimulai dengan keluarnya abu/asap. Berdasarkan analisa data pengamatan, segera akan diikuti terjadinya letusan utama.
Model rumah yang disarankan untuk daerah di sekitar gunungapi agar terhindar dari beban endapan abu gunung Api.
• Kemiringan atap 450
• Tiang penopang atap lebih rapat, dibantu dengan tiang diagonal.
• Atap (dianjurkan) terbuat dari seng agar tahan terhadap panas lontaran batu pijar.